Istilah penilaian berbasis kelas digunakan untuk
menggambarkan suatu penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan
pembelajaran. Penilaian berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses
ini mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui
pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta
kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Penilaian berbasis kelas secara umum bertujuan untuk
memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program
dan kegiatan pembelajaran. Secara rinci, tujuan penilaian berbasis kelas adalah
untuk memberikan:
- informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa secara individu dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
- informasi yaang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupun terhadap siswa secara keseluruhan.
- informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemampaun siswa, menetapkan tingkat kesultian/kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalamana, atau pengayaan.
- motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merancangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan.
- informasi tentang semua aspek kemajuan setiap siswa dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh; dan
- bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
Adapun fungsi penilaian berbasis kelas bagi siswa dan guru
adalah sebagai berikut:
- untuk membantu siswa mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju;
- untuk membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya;
- untuk membantu guru menetapkan apakah mentode mengajar yang digunakan telah memadai, dan
- untuk membantu guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.
Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Prinsip umum penilaian berbasis kelas adalah sebagai
berikut:
1. Valid dan reliabel (Sahih dan terandalkan)
Penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya
diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, sahih, dan dapat
diandalkan.
2. Mendidik
Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap
pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan
seabagai penghargaan yang motivasi bagi siswa yang berhasil dan menjadi pemicu
semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil.
3. Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud
dalam kurikulum.
4. Adil dan objektif
Penilaian harus adil dan objektif terhadap semua siswa dan
tidak membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan
pencapaian hasil belajar. Untuk itu, perlu dibuat kriteria yang jelas sebagai
dasar penskoran dan pengambilan keputusan.
5. Terbuka
Kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan
sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
6. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur,
terus-menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan kemajuan belajar siswa. Hasil penilaian perlu dianalisis dan ditindaklanjuti.
Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran.
7. Menyeluruh
Penilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanaan
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif,
psikomotorik, dampak pengiring, dan metakognitif serta berdasarkan pada
berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar
siswa.
8. Bermakna
Penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan
gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan
dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
Prinsip khusus penilaian berbasis kelas adalah sebagai
berikut:
Jenis penilaian yang digunakan harus memberikan kesempatan
terbaik kepada siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami,
serta mendemonstrasikan kemampuannya. Implikasi dari prinsip ini adalah:
- pelaksanaan penilaian berbasis kelas hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak mengancam;
- semua siswa memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama dalam mengikuti pembelajaran dan selama proses penilaian;
- siswa memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam penilaian; dan
- kriteria untuk mebuat keputusan atas hasil penilaian hendaknya disepakati dengan orang tua/wali.
Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian dan
pencatatan secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah:
- prosedur penilaian harus dapat diterima dan dipahami secara gelas oleh guru;
- prosedur penilaian dan catatan harian hasil belajar siswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran dan tidak menggunakan waktu yang berlebihan;
- catatan harian harus mudah dibuat, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan pembelajaran;
- informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya;
- penilaian pencapaian hasil belajar yang bersifat positif untuk pembelajaran selanjutnya perlu direncanakan oleh guru dan siswa;
- klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa mendapatkan bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya;
- hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan pencapaian hasil belajar siswa;
- penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya efektivitas pembelajaran dan kurikulum perlu dilaksanakan;
- peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan; dan
- pelaporan penampilan siswa kepada orang tua atau wali dan atasannya (kepala sekolah, pengawas) dan instansi lain yang terkait seharusnya dilaksanakan.
Berikut ini dikemukakan berbagai cara penilaian berbasis
kelas untuk mengumpulkan bukti (asesmen) belajar siswa.
A. Tes
Tes terbagi dua, yaitu tes tertulis dan tes lisan. Tes
tertulis terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah
kognitif. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis terbagi dua, yaitu tes
uraian dan tes objektif.
1. Tes Uraian/Esai
Tes uraian dalah butir soal berbentuk pertanyaan atau tugas
yang jawaban atau pengerjaan tugas harus dilakukan dengan cara mengemukakan
pikiran peserta tes secara naratif. Bentuk tes uraian dapat
diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu tes uraian bebas (extended response)
dan tes uraian terbatas (restricted response). Perbedaan dua tipe tes
uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk
menulis dan menyatakan jawaban. Tes uraian bebas memberikan kebebasan yang
lebih besar daripada uraian terbatas.
2. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes atau butir soal yang menuntut
jawaban secara lebih pasti. Bentuk tes objektif dapat mencakup banyak
materi pelajaran, penskorannya objektif, dan mudah dikoreksi.
a. Jawaban Singkat atau Isian Singkat.
Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa.
Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung
rendah.
b. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk
mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
c. Benar Salah. Bentuk ini merupakan tes
yang sederhana, karena dalam menjawab soal bentuk benar salah, siswa hanya
dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu menentuak apakah pernyataan yang tertera
pada butir soal benar atau salah.
d. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup
banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan
mudah. Tingkat berpikir yang bisa terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai
tingkat sintesis dan analisis.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut.
- materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
- konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
- bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Contoh Format
Penilaian Tes
No.
|
Nama
|
Jenis Tes
|
Rerata
Nilai
|
Keterangan
|
|||
Benar-Salah
|
Pilihan Ganda
|
Menjo-
dohkan
|
Uraian
|
||||
1.
|
Ruri
|
||||||
2.
|
Tono
|
||||||
3.
|
….
|
||||||
4.
|
….
|
||||||
Catatan:
Kolom jenis tes diisi dengan angka yang sesuai:
10-50 = kurang
60-70 = sedang
80-90 = baik
90-100 = amat baik
Secara ideal, spesifikasi tes hendaknya sedemikian lengkap,
jelas, dan rinci, sehingga dua orang pengembang alat ukur dengan kualifikasi
sama yang menggunakan spesifikasi tersebut secara terpisah, masing-masing akan
menghasilkan perangkat tes yang setara. Dalam mengembangkan spesifikasi tes
kognitif, terdapat beberapa aspek yang perlu menjadi pertimbangan adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan subjek yang akan dites
Pengenalan siapa yang akan dikenai tes sangat perlu bagi
pengembang tes. Hal ini perlu karena penguasaan pelajaran tertentu pada setiap
ssiwa di jenjang berbeda akan berbeda pula.
2. Menentukan tujuan pengukuran
Tujuan pengukuran merupakan hal penting dan yang menentukan
dalam pengembangan tabel spesifikasi. Penyusunan suatu instrumen harus didasarkan
pada tujuan tertentu. Oleh karena itu, tujuan pengukuran secara jelas harus
dirumuskan sejak awal. Tes yang dimaksudkan untuk tujuan diagnostik tentunya
akan berbeda dengan tes yang dimaksudkan untuk seleksi.
3. Menentukan tipe soal yang akan digunakan
Dalam memilihi tipe soal yang akan digunakan, perlu
dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
- Apakah tujuan pengukuran dapat dicapai;
- Apakah waktu yang tersdia memadai; dan
- Hubungan antara tipe soal yang digunakan dan tujuan tes, cara pemberian skor, pelaksanaan tes, dan pencetakan tes.
4. Menentukan materi
Terdapat dua kriteria yang perlu diperhatikan dalam
menentukan materi tes yang akan digunakan, yaitu:
adanya kesesuaian materi yang diujikan dengan materi yang
telah diajarkan yang dimaksudkan untuk mengetahui siswa mana yang telah
mencapai tingkatan pengeahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan tuntutan
kurikulum/silabus; dan
materi tes hendaknya menghasilkan informasi atau data yang
dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan materi
adalah: urgensi, kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian.
5. Menentukan jumlah soal
Jumlah soal sangat ditentukan oleh beberapa komponen,
yaitu: tipe soal, cakupan materi soal, dan jenis mata pelajaran.
6. Menentukan sebaran soal
Terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan sebaran soal, yaitu:
- jenjang kelas atau semester siswa yang akan dites: jika tes yang akan dilakukan adalah tes semester, maka sebaran butir soal berimbang pada semua cakupan materi yang akan diteskan; jika tesnya adalah tes kenaikan kelas, maka proporsi soal dari materi semester ganjil bisa 30% atau 40% dan ; jika tesnya adalah tes akhir untuk jenjangh sekolah dasar, maka proporsi antara materi kelas 4, 5, dan 6 bisa 2:3:5, atau 1:2:7.
- aspek kognitif: jika tesnya mencakup C1, C2, dan C3 (dari Taksonomi Bloom), maka proporsi bisa 3:5:2, atau 1:2:1, atau 2:5:3.
- tingkat kesukaran: proporsi antara soal-soal yang mudah, sedang, dan sukar bisa 3:5:2, atau 1:2:1, atau 2:5:3.
7. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan penjabaran dari tabel spesifikasi.
Untuk membuat suatu format kisi-kisi, perlu diperhatikan syarat kisi-kisi,
yaitu: kisi-kisi harus mewakili silabus secara proporsional dan tepat;
komponen-komponennya diuraikan dengan jelas dan mudah dipahami, dan
materi/bahan yang hendak ditanyakan dapat dibuat soalnya.
B. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Unjuk
kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, presentasi hasil penelitian
sains sederhana, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat,
atau aktivitas lain yang bisa diamati. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penilaian unjuk kerja adakah sebagai berikut:
- Identifikasi semua aspek penting.
- Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan.
- Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak.
- Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati.
- Apabila menggunakan skala penilaian, maka menyediakan kriteria untuk setiap pilihan, misalnya: baik, apabila …, cukup, apabila …, kurang, apabila ….
Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek, skala
penilaian, atau rubrik.
1. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (ya – tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan
daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan
tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik
tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua
pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan
demikian tidak terdapat nilai tengah. Berikut contoh daftar cek.
Contoh Daftar Cek
Keterampilan Penggunaan Termometer
Nama peserta
didik:
____________________
Kelas: _____
No.
|
Aktivitas yang
Diamati
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang
bagian ujung termometer yang tak berisi air raksa.
|
||
2.
|
Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer
serendah-rendahnya.
|
||
3.
|
Memasang termometer pada tubuh teman (di mulut atau di
ketiak) sehingga bagian yang berisi air raksa terkontak degan tubuh pasien.
|
||
4.
|
Menunggu beberapa menit (membiarkan termometer menempel
di tubuh pasien selama beberapa menit).
|
||
5.
|
Mengambil termometer dari tubuh pasien dengan memegang
bagian ujung termometer yang tidak berisi air raksa.
|
||
6.
|
Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi
mata tegak lurus.
|
||
Skor yang
dicapai
|
|||
Skor maksimum
|
6
|
2. Skala Penilaian
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai
lebih dari dua. Skala rentang tersebut, misalnya, sangat kompeten – kompeten
– agak kompeten – tidak kompeten. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih
dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat. Berikut contoh skala penilaian.
Contoh Skala
Penilaian Keterampilan Penggunaan Termometer
Nama peserta
didik:
_______________________
Kelas: _____
No.
|
Aktivitas yang
Diamati
|
Penilaian
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1.
|
Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang
bagian ujung termometer yang tak berisi air raksa.
|
|||||
2.
|
Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer
serendah-rendahnya.
|
|||||
3.
|
Memasang termometer pada tubuh teman (di mulut atau di
ketiak) sehingga bagian yang berisi air raksa terkontak degan tubuh pasien.
|
|||||
4.
|
Menunggu beberapa menit (membiarkan termometer menempel
di tubuh pasien selama beberapa menit).
|
|||||
5.
|
Mengambil termometer dari tubuh pasien dengan memegang
bagian ujung termometer yang tidak berisi air raksa.
|
|||||
6.
|
Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi
mata tegak lurus.
|
|||||
Skor yang dicapai
|
||||||
Skor maksimum
|
Tafsiran angka:
1: sangat kurang, 2: kurang, 3: cukup, 4: baik, 5: sangat
baik.
3. Rubrik
Rubrik bisa juga digunakan untuk menilai unjuk kerja siswa.
Rubrik adalah pedoman penskoran yang digunakan untuk menilai unjuk kerja siswa
berdasarkan jumlah skor dari beberapa kriteria dan tidak hanya menggunakan satu
skor saja. Ini memuat klasifikasi nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai
dengan unjuk kerja yang ditampilkan.
Banyak ahli yang meyakini bahwa rubrik bisa meningkatkan
hail belajar siswa. Pada saat guru memeriksa hasil karya proyek, guru tersebut
akan mengetahui secara implisit tentang bagaimana karya yang baik dan mengapa
suatu karya digolongkan baik. Demikian halnya, pada saat siswa menerima rubrik
lebih awal, mereka akan memahami bagaimana mereka akan dinilai dan mereka bisa
mempersiapkan diri berdasarkan itu. Rubrik tersebut akan berfungsi sebagai scaffolding
yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu karya dan pengetahuan mereka.
Pada saat ingin mengembangkan sebuah rubrik, pola berikut
bisa digunakan untuk membantu:
- Tentukan konsep yang akan diajarkan. Identifikasi tujuan pembelajaran yang esensial.
- Pilihlah kriteria yang akan dinilai. Berikan nama hal yang akan dihasilkan.
- Kembangkan kisi-kisi dan masukkan konsep serta kriteria yang telah ditentukan.
- Mintalah pertimbangan dari siswa atau guru lain.
- Tulislah rubrik yang lengkap untuk kemudian diujicobakan pada siswa.
- Lakukan revisi jika diperlukan.
Ada dua macam rubrik yang bias dikembangkan, yaitu: rubrik
analitis yang mengidentifikasi dan menilai komponen produk yang telah selesai,
dan rubrik holistik yang dipakai untuk menilai unjuk kerja siswa secara
menyeluruh. Contoh rubrik untuk menilai perencanaan penyelidikan.
Contoh Rubrik
Penilaian Unjuk Kerja Perencanaan Penyelidikan
Nilai
|
Kriteria
|
4
Amat Baik
|
|
3
Baik
|
|
2
Cukup
|
|
1
Kurang
|
|
0
Sangat Kurang
|
|
Contoh Rubrik Penilaian Tugas Presentasi
Aspek
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Skor
|
Pengorga-nisasian
|
Peserta tidak bisa memahami presentasi karena informasi
tidak disampaikan secara runtut.
|
Peserta mengalami kesulitan memahami presentasi karena
penyampaian ide melompat-lompat.
|
Informasi disampaikan dengan urutan logis yang dapat
diikuti oleh peserta.
|
Informasi disampaikan dengan urutan logis dan menarik,
sehingga sangat mudah dipahami oleh peserta.
|
|
Pengetahuan
|
Siswa tidak memahami informasi dan tidak dapat menjawab
pertanyaan tentang hal dipresentasikan.
|
Siswa tidak menguasai informasi dan hanya mampu menajwab
pertanyaan sederhana.
|
Siswa menjawab dengan mudah pertanyaan tetapi tidak mampu
mengulas lebih jauh.
|
Siswa menunjukkan pengetahuan mendalam dan mampu menjawab
pertanyaan dengan ulasan dan penjelasan lebih lanjut.
|
|
Grafik
|
Siswa menggunakan grafik yang kurang penting atau tidak
ada grafik.
|
Siswa kadang-kadang menggunakan grafik, namun
kadang-kadang juga tidak mendukung naskah atau presentasi.
|
Grafik yang ditampilkan terkait dengan naskah atau
presentasi.
|
Siswa menampilkan grafik yang menjelaskan dan mendukung
naskah atau presentasi.
|
|
Mekanisasi
|
Siswa menampilkan lebih dari tiga kesalahan ejaan dan
kesalahan tatabahasa.
|
Presentasi memuat tiga kesalahan ejaan dan kesalahan
tatabahasa.
|
Presentasi memuat dua kesalahan ejaan dan kesalahan
tatabahasa.
|
Presentasi tidak memuat kesalahan ejaan dan kesalahan
tatabahasa.
|
|
Kontak Mata
|
Siswa hanya membaca laporan dan tidak ada kontak
mata dengan peserta.
|
Siswa kadang-kadang menggunakan kontak mata, tetapi masih
lebih banyak membaca laporan.
|
Siswa mempertahankan kontak mata, namum masih sering
melihat catatan.
|
Siswa mempertahankan kontak mata dengan peserta dan
jarang melihat catatan.
|
Aspek
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Skor
|
Elokusi
|
Siswa berguman, mengucapkan kata atau istilah tidak
benar, suara kurang jelas bagi semua peserta.
|
Suara siswa rendah. Istilah salah diucapkan.
Peserta mengalami kesulitan mendengarkan presentasi.
|
Suara siswa jelas. Kebanyakan kata diucapkan dengan
benar. Kebanyakan peserta bisa mendengarkan presentasi.
|
Siswa menggunakan suara yang jelas dan pengucapan kata
benar dan tepat, semua peserta bias mendengarkan presentasi.
|
|
Total Point:
|
C. Penilaian Produk
Penilaian hasil kerja atau poduk merupakan penilaian kepada
siswa dalam mengendalikan proses dan memanfaatkan bahan untuk menghasilkan
sesuatu, kerja praktik atau kualitas estetik dari sesuatu yang mereka produksi.
Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja tetapi juga proses
pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta
didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian,
hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), alat peraga murah, barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam
setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
- Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta didik menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
- Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
Penilaian produk akan menilai kemampuan siswa dalam:
- Bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam merancang;
- Memilih bahan yang tepat;
- Menggunakan alat;
- Menunjukkan inovasi dan kreasi;
- Memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik.
- Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
- Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh Tugas
Penilaian Produk
Tugas: Buatlah rancangan model benda yang menggunakan
katrol
Ketentuan:
Gambar rancangan model
Bahan untuk model tertulis dan rancangan
Tentukan spesifikasi bahan untuk model
Penskoran tugas penilaian produk:
No.
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Ada gambar rancangan model
|
B
C K
|
2.
|
Bahan tertulis dalam model
|
B
C K
|
3.
|
Spesifikasi bahan tertulis
|
B
C K
|
4.
|
Unsur estetika
|
B
C K
|
Kriteria penskoran:
B: gambar
proporsional, bahan tertulis lengkap, spesifikasi bahan jelas.
C: gambar
kurang proporsional, bahan tertulis kurang lengkap, spsifikasi bahan kurang
jelas.
K: gambar tidak
proporsional, bahan tertulis tidak lengkap, spesifikasi bahan tidak jelas.
Contoh Format
Penilaian Produk Alat Peraga
Kelompok: _________
Siswa: _________________________
_________________________
_________________________
_________________________
Kelas: ______________
No.
|
Aspek yang
Dinilai
|
Nilai
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Keaslian ide alat peraga
|
|||||
2.
|
Pengetahuan yang mendukung
|
|||||
3.
|
Alat dan bahan yang digunakan
|
|||||
4.
|
Cara pembuatan
|
|||||
5.
|
Penampilan alat peraga
|
|||||
6.
|
Kepraktisan penggunaan alat peraga
|
|||||
7.
|
Manfaat alat peraga
|
|||||
Jumlah
|
||||||
Skor Maksimum
|
28
|
Catatan:
Kolom nilai diisi dengan angka yang sesuai:
1 = kurang
2 = sedang
3 = baik
4 = amat baik
E. Penilaian Proyek
Penilaian penugasan atau proyek merupakan penilaian untuk
mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu.
Penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung aspek investigasi harus selesai
dalam waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat beberapa tahapan,
yaitu perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.
Contoh penilaian proyek:
Lakukan penelitian sederhana di lingkungan tempat tinggalmu
untuk menetukan curah hujan.
Contoh Rubrik
Penilaian Tugas Proyek
Aspek
|
Kriteria dan
Skor
|
||
3
|
2
|
1
|
|
Persiapan
|
Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian,
daftar pertanyaan dengan lengkap.
|
Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian,
daftar pertanyaan kurang lengkap.
|
Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian,
daftar pertanyaan tidak lengkap.
|
PengumpulanData
|
Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semuanya dan
data tercatat dengan rapi dan lengkap.
|
Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semuanya,
tetapi data tidak tercatat dengan rapi dan lengkap.
|
Jika daftar pertanyaan tidak dapat dilaksanakan semuanya
dan data tidak tercatat dengan rapi dan lengkap.
|
PengolahanData
|
Jika pengolahan data sesuai tujuan penelitian.
|
Jika pembahasan data kurang menggambarkan tujuan
penelitian.
|
Jika sekedar melaporkan hasil penelitian tanpa membahas
data.
|
Pelaporantertulis
|
Jika sistematika penulisan benar, memuat saran, bahasa
komunikatif.
|
Jika sistematika penulisan benar, memuat saran, namum
bahasa kurang komunikatif.
|
Jika penulisan kurang sistematis, bahasa kurang
komunikatif, kurang memuat saran.
|
F. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik
tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan
nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain: karangan, puisi, surat,
komposisi, dan musik.
Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
- Jelaskan kepada peserta didik maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
- Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. Misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan karangan-karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta didik mengumpulkan gambar-gambar buatannya.
- Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder.
- Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
- Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio peserta didik beserta pembobotannya bersama para peserta didik agar dicapai kesepakatan. Diskusikan dengan para peserta didik bagaimana menilai kualitas karya mereka. Contoh; untuk kemampuan menulis karangan, kriteria penilaiannya misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Sebaiknya kriteria penilaian suatu karya dibahas dan disepakati bersama peserta didik sebelum peserta didik membuat karya tersebut. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai harapan atau standar itu.
- Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik tentang bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan atau kekurangan karya tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
- Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya belum memuaskan, kepada peserta didik dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya setelah 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
- Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika dianggap perlu, undanglah orang tua peserta didik untuk diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan portofolio sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Isi atau komponen portofolio biasanya disebut artifak.
Contoh Rubrik
untuk Penilaian Artifak Portofolio
Kriteria
|
Kurang
1
|
Tidak Memuaskan
2
|
Dasar
3
|
Cakap
4
|
Ahli
5
|
Rasional
|
Tidak mendefinisikan tujuan/subjek dari artifak atau
tidak menunjukkan hubungan yang jelas dengan standar yang telah ditetapkan.
|
Tidak mendefinisikan tujuan dan subjek artifak dengan
jelas atau tidak menunjukkan hubungan dengan standar yang telah ditetapkan.
|
Umumnya mendefinisikan tujuan dan subjek artifak dan
mampu menunjukkan beberapa hubungan dengan standard telah ditetapkan.
|
Sebagian berhasil mendefinisikan tujuan dan subjek
artifak dan menunjukkan hubungan dengan standard yang telah ditetapkan.
|
Mendefinisikan dengan jelas tujuan dan subjek artifak dan
menunjukkan hubungan yang jelas dengan standard yang telah ditetapkan.
|
Kesesuaian Isi
|
Isi tidak terkait dengan standar atau digunakan lebih dua
kali sebagai bukti dalam portofolio.
|
Isi memiliki hubungan yang kurang jelas dengan standar
yang telah ditetapkan.
|
Isi secara umum terkait dengan standar yang telah
ditetapkan.
|
Isi relevan dengan standar yang telah ditetapkan.
|
Isi secara konsisten dan jelas terkait dengan standar
yang telah ditetapkan.
|
Kekuatan Isi
|
Isi tidak terkait dan tidak memuat bukti yang mendukung
standar.
|
Isi tidak memuat bukti yang jelas dan mendukung standar.
|
Terdapat beberapa poin atau contoh yang berfungsi sebagai
bukti yang jelas dan mendukung standar.
|
Terdapat beberapa poin atau contoh yang berfungsi sebagai
bukti yang jelas dan mendukung standar.
|
Terdapat bukti yang jelas dan konsisten dan mendukung
standar keseluruhan isi.
|
Penampilan/Presentasi
|
Artifak tidak professional dan tidak memiliki
tampilan/presentasi yang baik. Pengorganisasian isi membingungkan.
|
Artifak kurang professional, format kurang rapi.
Pengorganisasian dan pembagian isi membingungkan.
|
Artifak sebagian sudah rapi dan professional. Beberapa
pengorganisasian dan pembagian isi masih membingungkan
|
Artifak rapid an professional dalam penampilan dan
presentasi. Materi dilabel, diatur, dan dibagi secara sistematis.
|
Artifak rapi dan professional, penampilan menarik, diatur
dan dilabel dengan baik, dibagi secara sistematis, dan mudah dipahami.
|
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat
mendukung pelaksanaan penilaian berbasis kelas. Khusus untuk portofolio, selain
dengan menggunakan artifak berbentuk cetakan, komponen portfolio juga sangat
efektif jika ditampilkan dalam bentuk elektronik. Keuntungan dari portofolio
elektronik adalah kepraktisan dan kemudahan dalam pembuatan dalam
pemeriksaaannya. Akan tetapi, untuk melaksanakan penilaian portofolio
elektronik, baik siswa maupun guru dituntut memiliki kemampuan teknologi
informasi dan komunikasi, khususnya menggunakan program-program komputer.
G. Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku dan
keyakinan siswa terhadap suatu obyek, fenomena, atau masalah. Sikap dapat
dibentuk dan merupakan ekspresi perasaan, nilai, atau pandangan hidup yang
terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif,
dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah
kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif
adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya
dengan ranah afektif, yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat
siswa terhadap mata pelajaran dan pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai
dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan siswa dalam:
- memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;
- menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika;
- menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek studi; dan
- menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh
terhadap keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap
sesuatu menyebabkan perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati
terhadap sesuatu yang akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan
meningkatkan intensitas kegiatan pada obyek tertentu. Teknik-teknik yang
dapat digunakan untuk penilaian sikap antara lain: observasi perilaku,
pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat
dipahami sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,
guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi
perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus
tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
Contoh Isi Buku
Catatan Harian
No.
|
Hari/ tanggal
|
Nama Peserta
Didik
|
Kejadian
(Positif atau Negatif)
|
Catatan dalam lembaran buku tersebut, selain bermanfaat
untuk merekam dan menilai perilaku peserta didik sangat bermanfaat pula
untuk menilai sikap peserta didik serta dapat menjadi bahan dalam penilaian
perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi
perilaku dapat juga digunakan daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu
yang diharapkan muncul dari peserta didik pada umumnya atau dalam keadaan
tertentu. Berikut contoh format Penilaian Sikap.
Contoh Format
Penilaian Sikap dalam praktek IPA
No.
|
Nama
|
Perilaku
|
Nilai
|
Keterangan
|
|||
Bekerja sama
|
Berinisiatif
|
Penuh Perhatian
|
Bekerja
sistematis
|
||||
1.
|
Ruri
|
||||||
2.
|
Udin
|
||||||
3.
|
….
|
||||||
4.
|
….
|
Catatan: Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai:
1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = sedang, 4 = baik, 5 =
amat baik
2. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta
didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan
Ketertiban.” Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam
penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik
ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
3. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu
masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik
diminta menulis pandangannya tentang “Perubahan Iklim” yang terjadi akhir-akhir
ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat
dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
No comments:
Post a Comment