Thursday, 8 November 2012

proposal ptk PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN DENGAN PEMBALAJARAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DI KELAS II SDN DRENGES I KECAMATAN KERTOSONO


PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP BILANGAN DENGAN PEMBALAJARAN
MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)
DI KELAS II SDN DRENGES I KECAMATAN KERTOSONO



PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Untuk memenuhi tugas matakuliah

Metodologi Penelitian Pendidikan
yang dibina oleh Drs.Alief Mudiono, M.Pd




Oleh
Elmy Arifina
207153453783
Kelas E/ 2007

 









UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KSDP
PROGRAM STUDI S1-PGSD

Juni 2009


2.    Latar Belakang
            Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang sangat penting terutama dalam era teknologi yang serba canggih seperti sekarang ini. Dalam perkembangannya, matematika tidak terlepas kaitannya dengan pendidikan terutama dalam perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), karena pentingnya matematika dalam IPTEK dan kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat  terutama siswa sekolah sebagai bekal untuk terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Guru hendaknya harus menjadi fasilitator yang baik agar siswa mampu menguasai pelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1991)”matematika penting sebagai pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas guru adalah mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik”. Selain itu alasan matematika sangat penting dipelajari adalah; (1) dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya;(2) matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya;(3) dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis;(4) diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.
            Kenyataannya, pelajaran matematika masih merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan siswa cenderung mempunyai anggapan bahwa matematika itu pelajaran yang tidak disenangi dan menyebalkan. Seperti yang dikemukakan Ruseffandi (1984)”matematika itu ilmu pasti bagi siswa pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi , kalau bukan pelajaran yang paling di benci “ sehingga guru akan merasa tertantang untuk mengajar dan menyampaikan materi yang tidak disenangi siswa ini dengan baik dan optimal agar keberhasilan pembelajaran matematika itu sendiri dapat ditingkatkan.
            Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, baik dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun faktor dari luar.hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.(1) Kecerdasan siswa, (2) Kesiapan belajar siswa, (3) Bakat yang dimiliki siswa, (4) Kemampuan belajar siswa, (5) Minat siswa, (6) Cara penyajian materi, (7) Pribadi dan sikap guru, (8) Suasana pengajaran, (9) Kompetensi guru. Uraian tersebut menjelaskan bahwa cara penyajian materi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menjadi penentu keberhasilan siswa. Materi yang disajikan harus membuat siswa tertarik, termotivasi, kemudian timbul perasaan pada diri siswa untuk menyenangi materi.
            Cara penyajian materi tidak terlepas dari metode guru yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Metode yang diterapkan guru menentukan juga hasil belajar siswa. Metode Realistic mathematics Education (RME) berorientasi pada pengalaman sehari-hari siswa  metode ini juga menekankan pada kontruksi dari konteks benda-benda konkret sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika. Benda-benda konkret dan objek lingkungan sekitar dapat digunakan sebagai pembelajaran matematika dalam membangun keterkaitan matematika melalui interaksi sosial. Benda-benda konkret dimanipulasi oleh siswa dalam rangka menunjang usaha siswa dalam proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Diperlukan kegiatan refleksi terhadap kegiatan sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan penguatan hubungan antara kompetensi yang dicapai dalam struktur pemahaman matematika. Matematika merupakan aktivitas berfikir, dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua macam matematisasi, (1) matematisasi horizontal dan, (2) matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika. Proses terjadi pada siswa ketika mereka dihadapkan pada problematika kehidupan/ situasi nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri misalnya: penemuan strategi menyelesaikan soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.
            Dalam hal ini metode RME sangat relevan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika. Salah satunya adalah materi bilangan, materi ini yang sebagian besar dikeluhkan siswa terlalu sulit karena memerlukan perhitungan yang rumit. Dengan mengajukan masalah kontekstual yang berhubungan dengan bilangan, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika  dengan metode RME sehingga siswa berhasil pada tujuan kompetensi; (1) dapat memecahkan masalah kontekstual dan menemukan konsep bilangan dari masalah kontekstual yang dipecahkan; (2) dapat memahami konsep bilangan, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah dalam kehidupan siswa;(4) mengomunikasikan konsep;(5) mempunyai sikap menghargai kegunaan bilangan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu diharapkan peningkatan yang signifikan dari hasil belajar sebelumnya. Dengan demikian metode RME yang akan diterapkan akan memberikan respons positif terhadap siswa sehingga siswa yang semula kurang perhatian, tidak menyenangi matematika, dan menganggap matematika itu menyebalkan berubah menjadi antusias terhadap pembelajaran matematika.
            Pelaksanaan pembelajaran di SDN Drenges I sangat monoton, guru hanya menerapkan metode ceramah dan mengandalkan buku paket saja, kurang menggunakan sumber dan media pembelajaran yang ada di sekolahan dengan alasan menghabiskan banyak waktu, dan tenaga. Guru hanya memberikan tugas saja dan siswa mengerjakan tugas. Dengan metode pembelajaran RME yang ada diharapkan di SDN Drengas I dapat Menerapkannya dan pembelajaran di kelas dapat bervariasi dan menarik.

3.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang diteliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana penerapan pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono?
2.    Apakah ada peningkatan pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono?

4.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Mengetahui penerapan pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono.
2.    Mengetahui ada atau tidaknya peningkatan pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono.

5.    Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, dapat diambil hipotesis tindakan bahwa “ dengan menerapkan model pembelajaran RME dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep bilangan di kelas II SDN Drenges I kecamatan kertosono”.

6.    Manfaat Penelitian
                  Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.    Bagi Siswa
     Memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan menyenangkan dalam pembelajaran di kelas sehingga minat dan hasil belajar dapat ditingkatkan.

2.    Bagi Guru
     Bagi guru dapat meningkatkan pengetahuan dalam meneliti kelas, serta memberikan motivasi untuk pengembangan metode-metode pembelajaran.
3.    Bagi Kepala Sekolah
     Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan kinerja guru di lembaga yang dipimpinnya.
4.    Bagi Sekolah
    Tujuan institusional akan tercapai dengan diawali ketercapaian tujuan kurikulum yang ditandai dengan peningkatan perolehan hasil belajar siswa.


7.    Kajian Pustaka Dan Kerangka Teori
Kajian pustaka dan kerangka teori akan membahas materi sebagai berikut.
(1) pembelajaran  matematika, (2). hasil belajar, (3). Pengertian pembelajaran RME, (4). Karakteristik RME, (5). Ciri-ciri RME, (6). Prinsip-prinsip RME, (7). Pengertian bilangan.


7.1    Pembelajaran Matematika
            Pembelajaran adalah suatu  pola menuju ke perubahan sikap dan tingkah laku. Dengan adanya pembelajaran seseorang yang awalnya tidak mengetahui dan tidak mengerti berubah menjadi tahu dan mengerti. Proses perubahan tingkah laku bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah dan berkembang daya pikir, serta sikap. Pembelajaran matematika merupakan pembentukan lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep. Konsep dan prinsip tersebut tumbuh melalui proses internalisasi.
Pembelajaran matematika menekankan pentingnya konteks nyata, model-model, produksi dan kontruksi serta interaktif dan keterkaitan antar materi pembelajaran. Di kelas-kelas rendah tahap perkembangan siswa pada tahap operasi konkret oleh karena itu pembelajaran di kelas dibuat nyata sehingga anak dapat mengkaitkan konsep-konsep matematika dalam pemecahan masalah secara riil di dalam kehidupan sehari-hari.

7.2    Hasil Belajar
Sebelum membahas hasil belajar sebaiknya kita harus memahami tentang pengertian belajar. Belajar menurut Gagne yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1989:11) adalah suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya akibat pengalaman. Seorang yang belajar akan berubah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai sikap. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman(interaksi dengan lingkungannya), di mana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan tingkah laku yang bukan merupakan hasil belajar adalah karena kematangan dan perubahan perilaku yang tidak disadari.
            Dengan pengertian maka tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Jadi hasil belajar dapat diartikan perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap akibat dari proses pembelajaran. Seperti pendapat Gagne (1988:66) bahwa hasil belajar dikelompokkan menjadi 5 kapabilitas adalah sebagai berikut.(1). keterampilan intelektual atau keterampilan fikiran dengan tahapan-tahapan keterampilan intelektual Sebagai berikut. Pertama, Diskriminasi-diskriminasi yaitu kemampuan membandingkan benda secara fisik. Kedua, konsep-konsep konkret, yaitu kemampuan menunjukkan suatu sifat obyek yang diminta. Ketiga, konsep berdefinisi adalah kemampuan menjelaskan dengan cara memberikan contoh atau mendemonstrasikan atribut-atribut obyek peristiwa atau hubungan-hubungan.
Keempat, Aturan-aturan adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan perbuatan. Kelima, aturan tingkat tinggi kemampuan memecahkan masalah dengan aturan. (2). strategi kognitif adalah merupakan proses kontrol di mana merupakan proses internal yang merupakan kemampuan yang digunakan seseorang untuk memilih dan mengubah cara –cara memberikan perhatian,belajar,mengingat dan berfikir orang yang strategi kognitifnya telah berkembang dengan baik dalam menghadapi masalah cepat memilih cara mengatasi permasalahan tersebut. (3). informasi Verbal kemampuan menyimpan nama/label,fakta dan pengetahuan di dalam ingatan,sedangkan tujuan akhir pelajaran informasi verbal ialah seseorang mengetahui atau mengingatnya di mana cara memperoleh informasi verbal dengan mendengar,dan melihat. (4). keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak hanya mencakup kegiatan fisik saja namun juga digabung dengan keterampilan-keterampilan intelektual misalnya olah raga di mana dalam olah raga di samping kegiatan fisik juga pikiran mereka jalan. (5). sikap (afektif) adalah kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan nilai-nilai, sikap yang dimiliki seseorang mempengaruhi pilihan tindakan orang tersebut terhadap suatu obyek.


7.3    Pembelajaran Model (RME)
Pengertian Pembelajaran  (RME)
     Teori RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 dan sudah melalui proses uji coba dan penelitian lebih dari 25 tahun. Implementasinya telah terbukti berhasil merangsang penalaran kegiatan berfikir siswa. Adapun pengertian Pembelajaran RME dari berbagai ahli adalah sebagai berikut.
            RME menurut Freudental 1973, Tetters 1987 adalah suatu pendekatan di mana matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia. Sedangkan Soedjadi, 2001:2  juga berpendapat RME adalah  metode pembelajaran yang merupakan realitas dari lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah yang nyata atau yang telah dikuasai siswa dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian matematika yang semakin meningkat.
            Menurut Gravermeijer adalah ide  utama dari RME adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Usaha untuk membangun konsep tersebut adalah penjelajahan berbagai situasi dan persoalan realistik. Realistik dalam arti tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan.

7.4    Kharakteristik pembelajaran RME
RME mempunyai kharakteristik sebagai berikut.
1.    Menggunakan konteks yang yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar
2.    Menggunakan model sebagai suatu jembatan antara real dan abstrak yang membantu siswa belajar matematika pada level abstraksi yang berbeda.
3.    Menggunakan produksi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari siswa atau doing matematics
4.    Mengutamakan interaksi antara guru dan siswa, dan siswa dan siswa.
5.    Keterkaitan antara unit matematika dan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

7.5    Ciri-Ciri pembelajaran RME
1.    Matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
2.    Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika.
3.    Siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika di bawah bimbingan guru.
4.    Proses pembelajaran berlangsung secara interaktif dan siswa menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas.
5.    Menemukan masalah-masalah atau soal kontekstual (looking for problems), memecahkan masalah (solving problems) dan mengorganisir bahan ajar (organizing a subject matter)

7.6    Prinsip-prinsip pembelajaran RME
            Pertama Guided Reinvention/ progresive mathematizing (penemuan kembali terbimbing). Masalah yang dihadapi guru diawal pembelajaran, kemudian dalam menyelesaikan masalah siswa diarahkan dan diberi bimbingan terbatas sehungga siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika ditemukan.Prinsip ini mengacu pada pandangan kontruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat di transfer akan diajarkan melalui pemberitahuan dari guru kepada siswa, melinkan siswa sendiri yang mengkontruksi pembangunan sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif belajar.
            Kedua adalah Didactial phenomenology (fenomena pembelajaran)
            Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang menghendaki bahwa didalam suatu masalah konstektual untuk digunakan dalam  pembelajaran dengan RME.Prinsip ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik materi pada siswa. Dengan mempertimbangkan   kecocokan masalah kontekstual yang disajikan  dengan topik-topik yang akan diajarkan dan konsep, prinsip rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
            Ketiga self developed (model –model yang dibangun sendiri)
menurut prinsip ini, model-model yang dingun berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun ssendiri model matematika terkait dengan masalah kontekstual yang akan dipecahkan sebagai konsekuensi dari kebebasan itu akan muncul berbagai model yang akan dibangun siswa. Model-model tersebut diharapkan akan mengarah kepada bentuk matematika formal.
7.7    Pengertian bilangan
            Bilangan diartikan sebagai jumlah, banyaknya benda, satuan jumlah, dan satuan daerah. Untuk di kelas-kelas  rendah  dalam  hal  ini di kelas II materi masih  membilang  angka  antara 1 sampai 500.
8.    Metode Penelitian
Metode penelitian membahas tentang (1). desain penelitian, (2). lokasi penelitian, (3). subyek penelitian.
8.1    Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang berusaha mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar yaitu pembelajaran yang menitik beratkan pada metode dan media pembelajaran yang dapat mempengarui hasil belajar. Penelitian ini dibagi menjadi 2 siklus yang disesuaikan dengan materi yang akan dibahas dam masing-masing siklus terdiri dari 4 langkah yaitu. a). Perencanaan, b). Pelaksanaan, c). Observasi, d). Refleksi.
Tahapan kegiatan penelitian kelas adalah sebagai berikut.

Siklus I
1.    Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari berbagai kegiatan sebagai berikut.
a.    Peneliti menyusun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan di kelas
b.    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan dibahas.
c.    Membuat lembar kerja siswa.
d.   Menyusun test awal tentang konsep bilangan dengan materi nilai tempat, nilai ini akan dijadikan skor dasar.
e.    Menyiapkan media dan sumber belajar yang akan dipergunakan dalam pembelajaran dalam hal ini adalah buku ajar, media dekak-dekak.

2.    Pelaksanaan
Rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut.
a.    Guru memberi informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu dengan alat dekak-dekak dengan  model RME
b.    Siswa diberi lembar kerja
c.    Siswa bersama guru mengkoreksi jawaban yang telah di jawab oleh siswa.
d.   Guru membantu siswa mengumpulkan hasil kerja siswa.
e.    Guru memberi skor/penilaian per individu
f.     Guru memberi penghargaan pada siswa yang memperoleh skor tertinggi.

3.    Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati kegiatan yang dilakukan selama di kelas. Apakah siswa sudah melalui kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah diinformasikan guru. Aktivitas siswa dalam menyelesaikan konsep bilangan pada materi nilai tempat dengan menggunakan media dekak-dekak.

4.    Refleksi
Kegiatan merefleksi dilakukan berdasarkan analisis data dan kesimpulan yang telah dilakukan oleh guru, dari hasil refleksi akan diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran di samping itu juga untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar. Apabila diketahui ada kelemahan dan kekurangan maka akan diperbaiki serta bila terdapat temuan-temuan baru akan diterapkan pada siklus II.

Siklus II
1.    Perencanaan
            Kegiatan perencanaan pada siklus II ini berdasarkan pada hasil analisis refleksi dari siklus I. Refleksi pada siklus I ditemukan permasalahan yang menyebabkan siswa kurang memahami pembelajaran. Dari permasalahan tersebut dipecahkan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah akan disusun dan dilaksanakan pada pelaksanaan pembelajaran untuk siklus ke II.

2.    Pelaksanaan
            Kegiatan pelaksanaan dilakukan berdasarkan RPP yang telah disusun guru sesuai pada tahap perencanaan pada siklus II.

3.    Observasi
            Kegiatan observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Obyek yang diamati.

4.    Refleksi
            Pada tahapan ini juga dilakukan analisis data yang telah disimpulkan seperti pada kegiatan refleksi pada siklus I.
8.2    Lokasi Penelitian
            Penelitian dilaksanakan di SDN Drenges I kecamatan Kertosono. Dengan alamat Jl.Sari No 3 Dusun Jabon Desa Drenges.

8.3    Subyek Penelitian
            Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Drenges I kecamatan kertosono pada semester I tahun ajaran 2008/2009. Jumlah siswa kelas II adalah 15 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

9.    Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Pebruari
Maret
April
1
Penyusunan desain operasional
x


2
Pembuatan perangkat pembelajaran
x


3
Pelaksanaan tindakan
x
x

4
Pengumpulan data
x
x

5
Analisis data

x

6
Pembuatan draft laporan

x
x
7
Seminar


x
8
Pembuatan laporan akhir


x

10.                                                                                   Rincian Biaya Penelitian
NO
JENIS
RINCIAN
JUMLAH
1
Usulan proposal

Rp. 100.000
2
Instrumen penelitian:
Bahan habis pakai 
Kertas HVS
Kertas CD
Kertas folio garis
ATK

LKS
Alat evaluasi


1 rim
1 rim
1 rim
12 bolpoint x Rp.2.000/biji
Spidol Whiteboard 1 box
Copy 20 lbr x 15 anak x100/lbr
Copy 15 anak x 2 lbr x 100/lbr  


Rp. 30.000
Rp. 15.000
Rp. 40.000
Rp. 24.000
Rp. 30.000
Rp. 30.000
Rp.   10.000
3
Pengumpulan data
Analisis data kualitatif

15 siswa x Rp.4.000

Rp. 60.000
3
Observasi ke lapangan

Rp. 150.000
4

Pengusulan desain operasional



Rp. 120.000
4
Pengusulan Draft Laporan
Penulisan draft
Penggandaan
Rp.   25.000
Rp. 300.000
5
Laporan Akhir

Rp. 200.000
6
Revisi

Rp. 150.000
JUMLAH TOTAL
Rp. 1.2284.000


11.                                                                                   DAFTAR RUJUKAN

Jauhary, Haziq. 2008. Membangun Motivasi. Semarang: CV. Chyyas Putra.

Marsigit. 2008. Pendekatan Matematika Realistik. (Online). http://marsigitspiko.blogspot.com, Diakses 10 April 2009.

Ratu, Ilma. 2007. Pendekatan Realistic mathematics Education (RME). http://www.geocities.ratuilma/rme.com.

Ruseffandi. 1992. Pendidikan Matematika. Jakarta: Derpartemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Siswanto, Drs. Mpd. 2008. Generasi Matematika Cerdas. Semarang: Cv.Chyyas Putra.


No comments:

Post a Comment