PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP BILANGAN DENGAN PEMBALAJARAN
MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
(RME)
DI KELAS II SDN DRENGES I KECAMATAN
KERTOSONO
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan
yang dibina oleh Drs.Alief
Mudiono, M.Pd
Oleh
Elmy Arifina
207153453783
Kelas E/ 2007
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KSDP
PROGRAM STUDI S1-PGSD
Juni
2009
2.
Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu
disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang sangat penting terutama dalam era
teknologi yang serba canggih seperti sekarang ini. Dalam perkembangannya,
matematika tidak terlepas kaitannya dengan pendidikan terutama dalam
perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), karena pentingnya
matematika dalam IPTEK dan kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami
dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa sekolah sebagai bekal untuk
terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Guru hendaknya harus
menjadi fasilitator yang baik agar siswa mampu menguasai pelajaran matematika.
Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1991)”matematika penting sebagai
pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas guru adalah mendorong siswa
agar dapat belajar dengan baik”. Selain itu alasan matematika sangat penting
dipelajari adalah; (1) dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu
melakukan perhitungan-perhitungan lainnya;(2) matematika merupakan persyaratan
untuk beberapa mata pelajaran lainnya;(3) dengan belajar matematika perhitungan
menjadi lebih sederhana dan praktis;(4) diharapkan kita mampu menjadi manusia
yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan
persoalan.
Kenyataannya, pelajaran matematika
masih merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan siswa cenderung
mempunyai anggapan bahwa matematika itu pelajaran yang tidak disenangi dan
menyebalkan. Seperti yang dikemukakan Ruseffandi (1984)”matematika itu ilmu
pasti bagi siswa pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi ,
kalau bukan pelajaran yang paling di benci “ sehingga guru akan merasa
tertantang untuk mengajar dan menyampaikan materi yang tidak disenangi siswa
ini dengan baik dan optimal agar keberhasilan pembelajaran matematika itu
sendiri dapat ditingkatkan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar, baik dari dalam diri siswa itu sendiri,
maupun faktor dari luar.hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.(1) Kecerdasan siswa, (2) Kesiapan belajar siswa, (3) Bakat
yang dimiliki siswa, (4) Kemampuan belajar siswa, (5) Minat siswa, (6) Cara
penyajian materi, (7) Pribadi dan sikap guru, (8) Suasana pengajaran, (9)
Kompetensi guru. Uraian tersebut menjelaskan bahwa cara penyajian materi merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus menjadi
penentu keberhasilan siswa. Materi yang disajikan harus membuat siswa tertarik,
termotivasi, kemudian timbul perasaan pada diri siswa untuk menyenangi materi.
Cara penyajian materi tidak terlepas
dari metode guru yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Metode yang
diterapkan guru menentukan juga hasil belajar siswa. Metode Realistic
mathematics Education (RME) berorientasi pada pengalaman sehari-hari
siswa metode ini juga menekankan pada
kontruksi dari konteks benda-benda konkret sebagai titik awal bagi siswa guna
memperoleh konsep matematika. Benda-benda konkret dan objek lingkungan sekitar
dapat digunakan sebagai pembelajaran matematika dalam membangun keterkaitan
matematika melalui interaksi sosial. Benda-benda konkret dimanipulasi oleh
siswa dalam rangka menunjang usaha siswa dalam proses matematisasi konkret ke
abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat mengkontruksi dan
menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Diperlukan
kegiatan refleksi terhadap kegiatan sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan
penguatan hubungan antara kompetensi yang dicapai dalam struktur pemahaman
matematika. Matematika merupakan aktivitas berfikir, dan harus dikaitkan dengan
realitas. Dengan demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika
maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua macam
matematisasi, (1) matematisasi horizontal dan, (2) matematisasi vertikal.
Matematisasi horizontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol
matematika. Proses terjadi pada siswa ketika mereka dihadapkan pada
problematika kehidupan/ situasi nyata. Sedangkan matematisasi vertikal
merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri misalnya:
penemuan strategi menyelesaikan soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep
matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.
Dalam hal ini metode RME sangat
relevan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika. Salah
satunya adalah materi bilangan, materi ini yang sebagian besar dikeluhkan siswa
terlalu sulit karena memerlukan perhitungan yang rumit. Dengan mengajukan
masalah kontekstual yang berhubungan dengan bilangan, siswa secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep matematika dengan
metode RME sehingga siswa berhasil pada tujuan kompetensi; (1) dapat memecahkan
masalah kontekstual dan menemukan konsep bilangan dari masalah kontekstual yang
dipecahkan; (2) dapat memahami konsep bilangan, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah dalam kehidupan siswa;(4) mengomunikasikan konsep;(5)
mempunyai sikap menghargai kegunaan bilangan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu diharapkan peningkatan yang signifikan dari hasil belajar
sebelumnya. Dengan demikian metode RME yang akan diterapkan akan memberikan
respons positif terhadap siswa sehingga siswa yang semula kurang perhatian,
tidak menyenangi matematika, dan menganggap matematika itu menyebalkan berubah
menjadi antusias terhadap pembelajaran matematika.
Pelaksanaan pembelajaran di SDN
Drenges I sangat monoton, guru hanya menerapkan metode ceramah dan mengandalkan
buku paket saja, kurang menggunakan sumber dan media pembelajaran yang ada di
sekolahan dengan alasan menghabiskan banyak waktu, dan tenaga. Guru hanya
memberikan tugas saja dan siswa mengerjakan tugas. Dengan metode pembelajaran
RME yang ada diharapkan di SDN Drengas I dapat Menerapkannya dan pembelajaran
di kelas dapat bervariasi dan menarik.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
permasalahan yang diteliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana penerapan
pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics
Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono?
2.
Apakah ada peningkatan pemahaman
konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics Education (RME)
di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono?
4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui penerapan
pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic Mathematics
Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono.
2.
Mengetahui ada atau
tidaknya peningkatan pemahaman konsep bilangan dengan pembalajaran model Realistic
Mathematics Education (RME) di kelas II SDN Drenges I Kecamatan Kertosono.
5.
Hipotesis
Berdasarkan
rumusan masalah, dapat diambil hipotesis tindakan bahwa “ dengan menerapkan
model pembelajaran RME dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep bilangan
di kelas II SDN Drenges I kecamatan kertosono”.
6.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1.
Bagi Siswa
Memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan menyenangkan dalam
pembelajaran di kelas sehingga minat dan hasil belajar dapat ditingkatkan.
2.
Bagi Guru
Bagi guru dapat meningkatkan pengetahuan dalam meneliti kelas, serta
memberikan motivasi untuk pengembangan metode-metode pembelajaran.
3.
Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan
kinerja guru di lembaga yang dipimpinnya.
4.
Bagi Sekolah
Tujuan institusional akan tercapai dengan diawali ketercapaian tujuan
kurikulum yang ditandai dengan peningkatan perolehan hasil belajar siswa.
7.
Kajian Pustaka Dan
Kerangka Teori
Kajian
pustaka dan kerangka teori akan membahas materi sebagai berikut.
(1) pembelajaran matematika, (2). hasil belajar, (3).
Pengertian pembelajaran RME, (4). Karakteristik RME, (5). Ciri-ciri RME, (6).
Prinsip-prinsip RME, (7). Pengertian bilangan.
7.1
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
adalah suatu pola menuju ke perubahan
sikap dan tingkah laku. Dengan adanya pembelajaran seseorang yang awalnya tidak
mengetahui dan tidak mengerti berubah menjadi tahu dan mengerti. Proses
perubahan tingkah laku bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat
fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah dan berkembang
daya pikir, serta sikap. Pembelajaran matematika merupakan pembentukan
lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep. Konsep dan
prinsip tersebut tumbuh melalui proses internalisasi.
Pembelajaran
matematika menekankan pentingnya konteks nyata, model-model, produksi dan
kontruksi serta interaktif dan keterkaitan antar materi pembelajaran. Di
kelas-kelas rendah tahap perkembangan siswa pada tahap operasi konkret oleh
karena itu pembelajaran di kelas dibuat nyata sehingga anak dapat mengkaitkan
konsep-konsep matematika dalam pemecahan masalah secara riil di dalam
kehidupan sehari-hari.
7.2
Hasil Belajar
Sebelum
membahas hasil belajar sebaiknya kita harus memahami tentang pengertian
belajar. Belajar menurut Gagne yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar (1989:11)
adalah suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya akibat
pengalaman. Seorang yang belajar akan berubah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai sikap. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar adalah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman(interaksi
dengan lingkungannya), di mana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan tingkah
laku yang bukan merupakan hasil belajar adalah karena kematangan dan perubahan
perilaku yang tidak disadari.
Dengan pengertian maka tujuan
kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Jadi hasil belajar dapat diartikan
perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap akibat
dari proses pembelajaran. Seperti pendapat Gagne (1988:66) bahwa hasil belajar
dikelompokkan menjadi 5 kapabilitas adalah sebagai berikut.(1). keterampilan
intelektual atau keterampilan fikiran dengan tahapan-tahapan keterampilan
intelektual Sebagai berikut. Pertama, Diskriminasi-diskriminasi yaitu
kemampuan membandingkan benda secara fisik. Kedua, konsep-konsep
konkret, yaitu kemampuan menunjukkan suatu sifat obyek yang diminta. Ketiga,
konsep berdefinisi adalah kemampuan menjelaskan dengan cara memberikan contoh
atau mendemonstrasikan atribut-atribut obyek peristiwa atau hubungan-hubungan.
Keempat,
Aturan-aturan adalah kemampuan melakukan pekerjaan
sesuai dengan aturan perbuatan. Kelima, aturan tingkat tinggi kemampuan
memecahkan masalah dengan aturan. (2). strategi kognitif adalah merupakan
proses kontrol di mana merupakan proses internal yang merupakan kemampuan yang
digunakan seseorang untuk memilih dan mengubah cara –cara memberikan
perhatian,belajar,mengingat dan berfikir orang yang strategi kognitifnya telah
berkembang dengan baik dalam menghadapi masalah cepat memilih cara mengatasi
permasalahan tersebut. (3). informasi Verbal kemampuan menyimpan
nama/label,fakta dan pengetahuan di dalam ingatan,sedangkan tujuan akhir pelajaran
informasi verbal ialah seseorang mengetahui atau mengingatnya di mana cara memperoleh
informasi verbal dengan mendengar,dan melihat. (4). keterampilan motorik adalah
kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak hanya mencakup kegiatan fisik
saja namun juga digabung dengan keterampilan-keterampilan intelektual misalnya
olah raga di mana dalam olah raga di samping kegiatan fisik juga pikiran mereka
jalan. (5). sikap (afektif) adalah kemampuan menampilkan perilaku yang
bermuatan nilai-nilai, sikap yang dimiliki seseorang mempengaruhi pilihan
tindakan orang tersebut terhadap suatu obyek.
7.3
Pembelajaran Model
(RME)
Pengertian
Pembelajaran (RME)
Teori RME pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 dan sudah melalui proses uji
coba dan penelitian lebih dari 25 tahun. Implementasinya telah terbukti
berhasil merangsang penalaran kegiatan berfikir siswa. Adapun pengertian
Pembelajaran RME dari berbagai ahli adalah sebagai berikut.
RME menurut Freudental 1973, Tetters
1987 adalah suatu pendekatan di mana matematika dipandang sebagai suatu
kegiatan manusia. Sedangkan Soedjadi, 2001:2
juga berpendapat RME adalah metode
pembelajaran yang merupakan realitas dari lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Masalah yang nyata atau yang telah dikuasai siswa dapat dibayangkan dengan baik
oleh siswa dan digunakan sebagai sumber munculnya konsep atau pengertian
matematika yang semakin meningkat.
Menurut Gravermeijer adalah ide utama dari RME adalah siswa harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan
orang dewasa. Usaha untuk membangun konsep tersebut adalah penjelajahan berbagai
situasi dan persoalan realistik. Realistik dalam arti tidak hanya situasi yang
ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan.
7.4
Kharakteristik pembelajaran
RME
RME
mempunyai kharakteristik sebagai berikut.
1.
Menggunakan konteks
yang yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar
2.
Menggunakan model
sebagai suatu jembatan antara real dan abstrak yang membantu siswa belajar
matematika pada level abstraksi yang berbeda.
3.
Menggunakan produksi
siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari siswa atau doing matematics
4.
Mengutamakan interaksi antara
guru dan siswa, dan siswa dan siswa.
5.
Keterkaitan antara unit
matematika dan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
7.5
Ciri-Ciri pembelajaran RME
1.
Matematika dipandang
sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
2.
Belajar matematika
berarti bekerja dengan matematika.
3.
Siswa diberi kesempatan
untuk menemukan konsep-konsep matematika di bawah bimbingan guru.
4.
Proses pembelajaran
berlangsung secara interaktif dan siswa menjadi fokus dari semua aktivitas di
kelas.
5.
Menemukan
masalah-masalah atau soal kontekstual (looking for problems), memecahkan
masalah (solving problems) dan mengorganisir bahan ajar (organizing a subject
matter)
7.6
Prinsip-prinsip pembelajaran
RME
Pertama Guided Reinvention/ progresive
mathematizing (penemuan kembali terbimbing). Masalah yang dihadapi
guru diawal pembelajaran, kemudian dalam menyelesaikan masalah siswa diarahkan
dan diberi bimbingan terbatas sehungga siswa mengalami proses menemukan kembali
konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika
konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika ditemukan.Prinsip ini
mengacu pada pandangan kontruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak
dapat di transfer akan diajarkan melalui pemberitahuan dari guru kepada siswa,
melinkan siswa sendiri yang mengkontruksi pembangunan sendiri pengetahuan itu
melalui kegiatan aktif belajar.
Kedua adalah Didactial phenomenology
(fenomena pembelajaran)
Prinsip
ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang menghendaki bahwa
didalam suatu masalah konstektual untuk digunakan dalam pembelajaran dengan RME.Prinsip ini
menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik
materi pada siswa. Dengan mempertimbangkan
kecocokan masalah kontekstual yang disajikan dengan topik-topik yang akan diajarkan dan konsep,
prinsip rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa
dalam pembelajaran.
Ketiga self developed
(model –model yang dibangun sendiri)
menurut
prinsip ini, model-model yang dingun berfungsi sebagai jembatan antara
pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual,
siswa diberi kebebasan untuk membangun ssendiri model matematika terkait dengan
masalah kontekstual yang akan dipecahkan sebagai konsekuensi dari kebebasan itu
akan muncul berbagai model yang akan dibangun siswa. Model-model tersebut
diharapkan akan mengarah kepada bentuk matematika formal.
7.7
Pengertian bilangan
Bilangan diartikan sebagai jumlah,
banyaknya benda, satuan jumlah, dan satuan daerah. Untuk di kelas-kelas rendah
dalam hal ini di kelas II materi masih membilang
angka antara 1 sampai 500.
8.
Metode Penelitian
Metode
penelitian membahas tentang (1). desain penelitian, (2). lokasi penelitian, (3).
subyek penelitian.
8.1
Desain penelitian
Penelitian
ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang berusaha mengkaji dan
merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu pembelajaran yang menitik beratkan pada metode dan media pembelajaran yang
dapat mempengarui hasil belajar. Penelitian ini dibagi menjadi 2 siklus yang
disesuaikan dengan materi yang akan dibahas dam masing-masing siklus terdiri
dari 4 langkah yaitu. a). Perencanaan, b). Pelaksanaan, c). Observasi, d).
Refleksi.
Tahapan
kegiatan penelitian kelas adalah sebagai berikut.
Siklus
I
1.
Perencanaan
Tahap
perencanaan terdiri dari berbagai kegiatan sebagai berikut.
a.
Peneliti menyusun
jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan di kelas
b.
Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan dibahas.
c.
Membuat lembar kerja
siswa.
d.
Menyusun test awal
tentang konsep bilangan dengan materi nilai tempat, nilai ini akan dijadikan
skor dasar.
e.
Menyiapkan media dan
sumber belajar yang akan dipergunakan dalam pembelajaran dalam hal ini adalah
buku ajar, media dekak-dekak.
2.
Pelaksanaan
Rencana
yang telah disusun dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut.
a.
Guru memberi informasi
tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu dengan alat dekak-dekak
dengan model RME
b.
Siswa diberi lembar
kerja
c.
Siswa bersama guru
mengkoreksi jawaban yang telah di jawab oleh siswa.
d.
Guru membantu siswa
mengumpulkan hasil kerja siswa.
e.
Guru memberi
skor/penilaian per individu
f.
Guru memberi
penghargaan pada siswa yang memperoleh skor tertinggi.
3.
Observasi
Observasi
atau pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru
mengamati kegiatan yang dilakukan selama di kelas. Apakah siswa sudah melalui
kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah diinformasikan guru. Aktivitas siswa
dalam menyelesaikan konsep bilangan pada materi nilai tempat dengan menggunakan
media dekak-dekak.
4.
Refleksi
Kegiatan
merefleksi dilakukan berdasarkan analisis data dan kesimpulan yang telah
dilakukan oleh guru, dari hasil refleksi akan diketahui tingkat keberhasilan
siswa dalam pembelajaran di samping itu juga untuk mengetahui keberhasilan guru
dalam mengajar. Apabila diketahui ada kelemahan dan kekurangan maka akan diperbaiki
serta bila terdapat temuan-temuan baru akan diterapkan pada siklus II.
Siklus
II
1.
Perencanaan
Kegiatan perencanaan pada siklus II
ini berdasarkan pada hasil analisis refleksi dari siklus I. Refleksi pada
siklus I ditemukan permasalahan yang menyebabkan siswa kurang memahami
pembelajaran. Dari permasalahan tersebut dipecahkan untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah akan disusun dan dilaksanakan
pada pelaksanaan pembelajaran untuk siklus ke II.
2.
Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan dilakukan
berdasarkan RPP yang telah disusun guru sesuai pada tahap perencanaan pada siklus
II.
3.
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama
pembelajaran berlangsung. Obyek yang diamati.
4.
Refleksi
Pada tahapan ini juga dilakukan
analisis data yang telah disimpulkan seperti pada kegiatan refleksi pada siklus
I.
8.2
Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di SDN Drenges I kecamatan Kertosono. Dengan alamat Jl.Sari No 3
Dusun Jabon Desa Drenges.
8.3
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas II SDN Drenges I kecamatan kertosono pada semester I tahun ajaran
2008/2009. Jumlah siswa kelas II adalah 15 siswa yang terdiri dari 4 siswa
laki-laki dan 11 siswa perempuan.
9.
Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||
Pebruari
|
Maret
|
April
|
||
1
|
Penyusunan
desain operasional
|
x
|
|
|
2
|
Pembuatan
perangkat pembelajaran
|
x
|
|
|
3
|
Pelaksanaan
tindakan
|
x
|
x
|
|
4
|
Pengumpulan
data
|
x
|
x
|
|
5
|
Analisis
data
|
|
x
|
|
6
|
Pembuatan
draft laporan
|
|
x
|
x
|
7
|
Seminar
|
|
|
x
|
8
|
Pembuatan
laporan akhir
|
|
|
x
|
10.
Rincian Biaya
Penelitian
NO
|
JENIS
|
RINCIAN
|
JUMLAH
|
1
|
Usulan
proposal
|
|
Rp.
100.000
|
2
|
Instrumen
penelitian:
Bahan
habis pakai
Kertas
HVS
Kertas
CD
Kertas
folio garis
ATK
LKS
Alat
evaluasi
|
1
rim
1
rim
1
rim
12
bolpoint x Rp.2.000/biji
Spidol
Whiteboard 1 box
Copy
20 lbr x 15 anak x100/lbr
Copy
15 anak x 2 lbr x 100/lbr
|
Rp. 30.000
Rp. 15.000
Rp. 40.000
Rp. 24.000
Rp. 30.000
Rp. 30.000
Rp.
10.000
|
3
|
Pengumpulan
data
Analisis
data kualitatif
|
15
siswa x Rp.4.000
|
Rp. 60.000
|
3
|
Observasi
ke lapangan
|
|
Rp.
150.000
|
4
|
Pengusulan
desain operasional
|
|
Rp. 120.000
|
4
|
Pengusulan
Draft Laporan
|
Penulisan
draft
Penggandaan
|
Rp.
25.000
Rp. 300.000
|
5
|
Laporan
Akhir
|
|
Rp. 200.000
|
6
|
Revisi
|
|
Rp. 150.000
|
JUMLAH
TOTAL
|
Rp. 1.2284.000
|
11.
DAFTAR RUJUKAN
Jauhary,
Haziq. 2008. Membangun Motivasi. Semarang: CV. Chyyas Putra.
Marsigit. 2008. Pendekatan
Matematika Realistik. (Online). http://marsigitspiko.blogspot.com,
Diakses 10 April 2009.
Ratu, Ilma. 2007. Pendekatan
Realistic mathematics Education (RME). http://www.geocities.ratuilma/rme.com.
Ruseffandi. 1992. Pendidikan
Matematika. Jakarta: Derpartemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek
Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Siswanto, Drs. Mpd.
2008. Generasi Matematika Cerdas. Semarang: Cv.Chyyas Putra.
No comments:
Post a Comment